Apakah Smartphone Blackberry Juga Akan Bangkrut? Simak Ulasannya!
Tinggal sejengkal sebelum akhirnya BlackBerry dihabisi oleh lawan-lawannya. Apakah mereka masih bisa diselamatkan? Dunia mengenal dua kutub yang saling berseberangan, utara dan selatan. Ada pula hitam dan putih. Baik dan juga buruk. Dalam dunia bisnis, kita juga mengenal istilah sukses dan gagal. BlackBerry, yang sebelumnya dikenal dengan nama Research In Motion, pernah berjaya dalam dunia teknologi.
Pada masa jayanya sekitar tahun 2009, ia pernah menguasai 20 persen pangsa pasar. Sayangnya, kejayaan BlackBerry tidak bertahan lama. Secara perlahan, BlackBerry mulai tergerus oleh smartphone yang menawarkan teknologi yang lebih canggih, mudah, dan murah. Kini, BlackBerry nyaris tak lagi punya pangsa pasar. Menurut penelitian Gartner, pangsa pasar smartphone BlackBerry (yang juga ber-sistem operasi BlackBerry), berada di angka 0,0 persen lebih tepatnya 0,0482 persen.
Persentase tersebut, merujuk pada 207.900 unit perangkat BlackBerry yang terjual di kuartal-IV tahun 2016. Angka tersebut, tidak mengikutkan perangkat pintar BlackBerry bersistem operasi Android seperti BlackBerry DTEK60 dan BlackBerry Priv. Perangkat tersebut, masuk ke dalam ranah smartphone bersistem operasi Android.
Namun, meskipun digabung, tidak terjadi angka peningkatan yang signifikan. Sebelumnya, di kuartal-III tahun 2016, BlackBerry hanya menguasai 0,1 persen pangsa pasar. Persentase tersebut, merujuk pada angka penjualan sebesar 377.800 unit perangkat. Secara keseluruhan, pada kuartal IV-2016, lebih dari 431 juta smartphone terjual.
Dari angka tersebut, lebih dari 352 juta, merupakan perangkat pintar berbasis Android. Dengan kata lain, Android menguasai 81,7 persen pangsa pasar dunia di kuartal-IV. Selanjutnya, sebagaimana dikutip dari Business Insider, perangkat berbasis iOS menjadi runner-up. Perangkat buatan Apple tersebut menguasai pangsa pasar sebesar 17,9 persen.
Artinya, ada lebih dari 77 juta perangkat berbasis iOS buatan Apple yang terjual di kuartal-IV tahun 2016 lalu. Berbanding terbalik dengan yang dialami BlackBerry, Samsung menjadi raja di dunia smartphone. Pada 2016, Samsung menguasai 20,5 persen pangsa pasar perangkat pintar dunia. Angka ini merujuk pada lebih dari 306 juta perangkat yang terjual di seluruh dunia. Tak Lagi Fokus ke Hardware Menanggapi penjualannya yang terus merosot, BlackBerry menyatakan bahwa hardware memang sudah bukan menjadi fokus perusahaan. "Seperti yang telah banyak disampaikan, srategi kami saat ini fokus pada penyediaan perangkat lunak dan keamanan untuk perusahaan dan perangkat," jelas BlackBerry, dalam pernyataannya seperti dilansir dari Antara.
Untuk diketahui, saat ini, salah satu fokus utama BlackBerry adalah layanan pesan instan mereka yakni BlackBerry Messenger. Dikutip darsi statista, di bulan Januari 2017, pengguna aktif bulanan BlackBerry Messenger atau BBM adalah sekitar 100 juta pengguna. Di ranah layanan pesan instan, BBM masih kalah jauh jika dibandingkan WhatsApp yang di Januari 2017, telah memperoleh 1 miliar pengguna aktif bulanan. BlackBerry lalu menambahkan, "sebagai bagian dari poros agresif untuk perangkat lunak, kami bergeser jauh dari perangkat keras dan menuju model lisensi di mana mitra kami mengembangkan perangkat lunak dan memasarkan merek BlackBerry." BlackBerry telah bekerja sama dengan TCL, perusahaan pembuat smartphone di Cina untuk melisensikan mereka mereka.
Artinya, jika dalam beberapa waktu mendatang terdapat perangkat baru bermerek BlackBerry, kemungkinan yang memproduksi perangkat tersebut adalah TCL, bukan BlackBerry. Dengan kata lain, BlackBerry telah benar-benar tiarap dalam dunia smartphone. Ini juga sesuai dengan pengumuman yang mereka keluarkan di bulan September kemarin. Sebagaimana dikutip dari Business Insider, BlackBerry tidak akan lagi membuat smartphone. BlackBerry didirikan pada tahun 1984 oleh mahasiswa teknik bernama Mike Lazaridis dan Doglas Fregin. Pada permulaannya, sebagaimana diceritakan Time, BlackBerry atau RIM memulai diri sebagai konsultan bisnis.
Tahun 1999, BlackBerry memperkenalkan perangkat BlackBerry pada dunia. Pada 2009, sebagaimana diinformasikan Time, BlackBerry dianugerahi sebagai perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tercepat versi majalah Forbes. BlackBerry Limited menjalin aliansi dengan PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk membentuk PT BB Merah Putih. Laporan lengkapnya dapat dibaca dalam artikel Tirto berjudul Kepada Indonesia BlackBerry Menggantungkan Asa.
BlackBerry memang kini sedang berusaha untuk membalikkan keadaan. Masa jayanya sebagai pemain hardware memang sudah usai. Namun, bukan berarti BlackBerry akan mati begitu saja. Mereka kini masih berupaya untuk merintis bisnis software-nya. Ini artinya, BlackBerry sebagai produk telepon genggam mungkin akan dibiarkan mati. Sebagai gantinya, kita masih akan menemukan BlackBerry Messenger dan layanan lain, yang akan menjadi sumber penghidupan BlackBerry.
0 komentar:
Posting Komentar